Kursi Prioritas

Dari pagi tadi, timeline saya ramai oleh skrinsyut curhatan seorang perempuan pengguna CommuterLine yang misuh-misuh karena kenyamanannya duduk "dirampas" oleh seorang ibu hamil. Saya nggak tau apakah si mbak cantik yang identitas namanya ini diblur akhirnya memberikan kursi pada si bumil atau nggak. Yang pasti, butuh kesabaran berganda dan istigfar berkali-kali untuk menyelesaikan pisuhan yang kemudian ramai beredar di berbagai media sosial itu. Hebatnya lagi, pisuhan si mbak cantik diamini temannya dalam lingkaran path. 

Bukan cuma sekali dua saya mendengar (dan membaca) keluhan orang tentang ganasnya penumpang CommuterLine pada yang berhak atas kursi prioritas. Gak cuma terjadi di gerwani (gerbong wanita), melainkan juga gerbong ikhtilat alias gerbong campuran seperti disampaikan dalam sebuah laporan di detikcom ini.  Saya sendiri juga pernah sih melihat sendiri seorang cowok berbadan sehat nan kekar yang duduk manis di bangku prioritas demi berlekatan dengan sang pacar, sementara di depannya persis berdiri ibu hamil yang karena jenis pakaiannya longgar (jilbab dan jubah lebar) nggak menampakkan kehamilannya. Saya baru tau dia hamil setelah mengamati (dan curiga) lingkar perutnya yang menyembul. Syukurlah si cowok sehat yang duduk tadi akhirnya mau ngasih kursi.

Pengalaman berjibaku di CommuterLine, sepertinya empati paling sedikit dimiliki mereka yang dari segi usia tegolong remaja (dan mustinya masih pada bugar). Seperti mbak yang curhat di path itu, tadi pagi saya mendapati seorang mahasiswi cantik bertubuh bugar yang buru-buru menutup mata ketika seorang ibu dan anak naik. Biar lebih meyakinkan, si mahasiswi ini juga melengkapinya dengan batuk-batuk keras. Duh dek semoga dirimu bukan pengidap TB atau osteoporosis yang gak memungkinkan untuk berdiri lama ya.  

Ada juga yang terang-terangan menyuruh ibu hamil atau bawa balita untuk bergeser ke kursi prioritas (yang letaknya di ujung, dekat sambungan antar gerbong) karena ogah kenyamanannya terganggu.  Kalau sudah begini, rasanya pengen banget signage Kursi Prioritas" ditebarkan di seluruh penjuru gerbong deh.

Kalau dikalkulasi, sebetulnya durasi terlama berdiri di CommuterLine nggak akan melebihi lamanya konser musik kok. Lalu kenapa sebagian penumpang CommuterLine seperti ogah berbagi kursi ya? 

Gambar diambil dari blog ini




4 comments:

Anonymous said...

berdiri di CommuterLine nggak akan melebihi lamanya konser musik kok
______

iya ya.
pengalaman berkereta dulu, (Depok gambir) - 30 menitan udah sampe

e-no si nagacentil said...

makanya aneh sekali kalo si mbak yang benci bumil itu bilang kakinya pincang dan tulangnya bergeser gara-gara berdiri di commuterline >,<

Slamet Riyadi said...

jadi pengen naik commuterline ...
berdiri juga gak papa...
asalkan sama kamuuuuu #eaaaa

e-no si nagacentil said...

Sama siapa SlamSR?

Anonymous said...

berdiri di CommuterLine nggak akan melebihi lamanya konser musik kok
______

iya ya.
pengalaman berkereta dulu, (Depok gambir) - 30 menitan udah sampe

e-no si nagacentil said...

makanya aneh sekali kalo si mbak yang benci bumil itu bilang kakinya pincang dan tulangnya bergeser gara-gara berdiri di commuterline >,<

Slamet Riyadi said...

jadi pengen naik commuterline ...
berdiri juga gak papa...
asalkan sama kamuuuuu #eaaaa

e-no si nagacentil said...

Sama siapa SlamSR?