Dua Ibu, Dua Bayi, Dua Cerita

Tadi pagi, saya bersisian dengan seorang ibu yang sedang hamil dan menggendong bayi. Ibu itu, berdaster lusuh dengan warna pink dan motif jerapah. Penampilannya kumal, dan bau tidak enak yang sampai enam jam sesudahnya masih melekat di lobus olvactorius saya. Saya rasa 90% orang yang bertemu ibu ini akan yakin bahwa profesinya adalah pengemis yang beroperasi di sebuah kawasan di Jakarta. Tampilan ibu yang khas ini membuat saya ingat kalau saya pernah ketemu dengannya beberapa bulan lalu dalam keadaan hamil, gendong bayi, dan bawa anak balita >,<  

Ibu berdaster pink itu mengaku hamil anak kedelapan (lebih banyak dari anak kandung yang dilahirkan oleh ibu saya). Bolehkah saya curiga bayi dalam dekapannya bukan anak kandung si ibu daster pink itu? Sepanjang menanti kereta (yang telat lagi karena gangguan entah apa) si bayi sungguh anteng tidur tanpa suara. Ini sebetulnya mencurigakan ya? Dari obrolan si ibu berdaster pink dengan seorang penumpang lain (seorang ibu paruh baya yang menaruh perhatian pada kondisi kehamilan pleus bayi) yang menasihati supaya mencari pekerjaan lain demi si bayi, saya amati si ibu daster pink keliatan ogah-ogahan. Mungkin mengeruk belas kasihan lebih mudah dan menghasilkan ya? Mungkin...

Sampai ketika kereta akhirnya tiba. Si ibu daster pink cuek melangkah masuk bersama penumpang lain yang berjejalan (saya sendiri menghindari dan memilih naik kereta berikutnya demi keselamatan).  Gak kebayang gimana kondisi si bayi di dalam kereta...

Sementara itu, masih di jam yang kurang lebih sama, saya juga berkali-kali berpapasan dengan seorang ibu dengan bayinya juga. Si ibu muda yang ramah ini selalu naik jurusan Jakarta Kota, katanya sih mau ke rumah sakit karena bayi dalam gendongannya tampak terlihat beda dengan ukuran kepala yang lebih besar dari ukuran normal.  Rutin terapi mungkin.  Yang pasti, berbeda dengan si ibu berdaster pink yang juga membawa bayi, ibu dengan bayi berkepala besar ini akan dengan sabar menunggu kereta bisa diselipi dirinya + si bayi dengan leluasa. Supaya si bayi juga merasa nyaman dalam gendongan. 

Dan betul saja ketika saya berkesempatan sekereta dengan mereka (ibu + bayi berkepala besar itu) saya melihat wajah si ibu yang penuh sayang memeluk dan melindungi anaknya yang tampak "tidak sempurna" itu. Beda banget deh sama ibu berdaster pink... 

2 comments:

Anonymous said...

Jadi, ibu dengan daster pink itu bayi sewaan No?

e-no si nagacentil said...

Aku curiganya gitu, satu jam lebih si bayi tidur anteng gak bereaksi. Aneh gak sih?

Anonymous said...

Jadi, ibu dengan daster pink itu bayi sewaan No?

e-no si nagacentil said...

Aku curiganya gitu, satu jam lebih si bayi tidur anteng gak bereaksi. Aneh gak sih?