Safety Guide Di Kereta

Waktu kejadian tabrakan KRL vs truk tangki tahun lalu (eh bener kan tahun lalu ya?), nggak sedikit yang berargumen kalau salah satu penyebab banyaknya korban adalah karena minimnya fitur penyelamat di dalam gerbong. Pintu kereta yang sulit dibuka, serta kaca jendela yang susah pecah ditengarai jadi gara-gara penumpang terjebak dalam gerbong dan akhirnya meregang nyawa atau luka. 

Nah, kemarin waktu saya naik CommuterLine ada pemandangan yang saya temukan di dalam gerbong berupa poster safety guide dengan posisi seperti yang biasa ditempati oleh advertrain (iklan dalam kereta). 

Safety guide pertama letaknya di jendela seperti ini:


Dan, ternyata safety guide yang lebih lengkap lagi juga dipajang di dalam gerbong. Sayangnya posisi berdiri saya cukup jauh dari obyek sehingga detil isi petunjuk keamanan kurang jelas terbaca:



Mudah-mudahan sih, para penumpang (terutama perempuan yang posisinya rentan di gerbong hulu dan hilir) menyempatkan untuk membaca safety guide ini dengan baik dan mengingatnya setiap kali menumpang CommuterLine.  Bukan ngedoain, cuma gak ada salahnya jaga-jaga kan?

*gambar diambil di gerbong khusus perempuan CommuterLine jurusan Bogor-Jatinegara

Kenapa KMT

Suatu malam, di stasun Pasar Minggu saya dikejutkan oleh antrian sepanjang lebih dari 10 meter di depan loket. Ada apa ini? Khawatir kejadian KRL mogok lagi. Ternyata kata mas satpam itu cuma antrian pembelian dan pengembalian THB (tiket harian berjamin yang dulunya bernama single trip). Fyuh... *lega*

Agak ribet memang, naik CommuterLine tanpa kartu langganan alias KMT (Kartu Multi Trip).  Setiap malam, pemandangan di stasiun Citayam kurang lebih kayak gini nih ...


Selain buang waktu, resiko lain bepergian tanpa KMT adalah ribetnya prosedur pengembalian jaminan sebesar 5000 rupiah itu. 

Saya sendiri, sejak rajin naik CommuterLine dan berlaku penerapan kartu berlangganan, lebih memilih yang terakhir. Dari jaman Commet yang non elektronik dan berlaku tarif flat (sekali beli bisa sepuasnya naik CommuterLine di semua jalur hehehehe) sampai sekarang sistem saldo. Buat saya, ada banyak keuntungan pake KMT.  


KMT memungkinkan saya untuk mengubah tujuan, yang tadinya berencana turun di stasiun Sudirman misalnya, bisa aja pindah pikiran ke Gondangdia tanpa perlu khawatir kena denda.  Paling-paling saldo dipotong, itu pun nggak seberapa jumlahnya. Percayalah, lebih murah ketimbang seporsi mi ayam hehehe... 

Alasan utama ber-KMT tentu aja efisiensi waktu.  Beberapa kali saya ketinggalan kereta gara-gara mustri antri beli tiket.  Kalau memang pas lagi banyak orang sih gak masalah. Yang ngeselin, pernah ketinggalan gara-gara orang di depan saya diskusi dengan petugas penjualan tiket (yang memang tabah dan sabar melayani itu!).  Pertama, bapak-bapak tua yang tanya-tanya soal beli tiket kereta luar kota. Dengan sukses saya pun ditinggal si CommuterLine tepat di saat menginjakkan kaki di peron T___T

Yang kedua lebih ngeselin lagi.  Mbak-mbak di depan saya lamaaaaa banget tanya ina ini ina itu ke petugas loket. Kayaknya harga tiket kereta ke Panarukan kalau ada juga ditanyain ya. Selidik punya selidik ternyata si mbak modus buat berlama-lama ngobrol sama petugas loket yang ternyata cowok muda nan ganteng. Oalah mbak...

#BahagiaItuSederhana

Semalam, dalam perjalanan pulang menuju Citayam yang permai dan tentram, ada pemandangan menarik yang saya temukan di gerbong perempuan CommuterLine.



Balita menangis dalam gerbong perempuan itu #wisbiyasa sih, namanya juga anak-anak yang cepat bosan dalam keadaan statis. Begitupun si balita lucu dalam gendongan nenek seperti di gambar tersebut.  Nangis terus, padahal jarum jam menunjukkan nyaris tengah malam.  Ternyata oh ternyata, si balita emoh duduk diam terus-terusan.  Seperti ibuk-ibuk lainnya yang membawa balita di kereta, hanging grip alias tiang-gelantungan adalah mainan yang menyenangkan untuk membuat si balita gembira lagi.


Dan itulah yang dilakukan si nenek, membiarkan cucunya bermain hanging grip sampai bosan untuk kemudian dilanjutkan lari-larian dalam gerbong yang lengang.

So, kalau bingung mau jalan-jalan kemana sama anak kamu kenapa nggak diajak muter Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi naik commuterline? Tentunya perhatikan jam-jam keberangkatan ya, supaya bisa melenggang riang di dalamnya :) 

(Gak Perlu) Antrilah Di Loket

Inget lagu lawasnya P Project yang hasil parodi "I can't love you like that"-nya Boys II Men?
Cerita tentang perjalanan ke luar kota dengan kereta bisnis, pleus sisipan pesan supaya antri (biar tertib cyint!) untuk beli tiket dan jangan saling serobot. Yeah, emang susah sih antri ini.  Semua orang maunya duluan. 

Makanya ketika PT KAI kemudian mengeluarkan sistem baru beli tiket kereta luar kota tanpa antri, saya termasuk orang yang mendukung dengan sepenuh hati *kibar spanduk*.  Kalau dulu, saya musti nitip temen (atau opis boy) untuk beli tiket kereta.  Sekarang sih lebih praktis lagi karena PT KAI udah kerja bareng dengan sejumlah merchant dan online ticketing.

Sebagai pemalas orang sibuk, tentu saja saya memanfaatkan fitur yang terakhir. Ada banyak aplikasi dan situs online ticketing kereta yang bisa menjadi kanal pembelian tiket.  Tanda bukti pembelian tiket dikirimkan dalam bentuk SMS yang berisi kode booking. Kita tinggal datang ke stasiun untuk mencetak jadi tiket fisik. Praktis banget ya?


Step I: masukkan data ke dalam komputer: kode booking, nomer identitas dan ponsel


Step II: Tiket akan tercetak, ini yang ditunjukin ke petugas 


Sambel Terasi Di Gerbong Wanita

Percaya kan kalau naik CommuterLine nggak semengerikan yang digembar-gemborkan (sebagian) orang?

Dan bahwa gerbong wanita itu didominasi oleh mahluk keturunan Hawa dengan keganasan luar biasa nggak sepenuhnya benar. Masih banyak kok perempuan yang menunjukkan kelembutan hatinya dengan #gantianduduk seperti saya hehehe... 

Bicara soal gerbong pink, alias gerbong khusus cewek yang kontroversial itu, sebagai anak ahensi belum tsah rasanya kalau nggak mengamati iklan-iklan yang bertebaran di dalamnya.  Selain wajah Agnes Monica Agnezmo mempromosikan minyak angin, Princess Syahrini juga termasuk selebriti yang menghias gerbong ini. Cuma ya nggak terlalu spesial juga iklannya. Yang menarik justru iklan majalah Women's Health Indonesia, sekitar pertengahan tahun lalu gencar berpromosi di CommuterLine dengan tips kesehatan seperti manfaat berdiri di kereta selama 30 menit yang ternyata membakar kalori sebanyak 70 Kal. Hooo... pantesan saya gak pernah sukses gemukin badan ya?

Terkini, iklan yang catchy di mata saya adalah visualisasi berupa botol kaca kemasan sambel terasi pada hanging grip alias pegangan-buat-gelantungan.  Sebetulnya ini bukan yang pertama botol-botol produk bertebaran dalam gerbong, minuman kesehatan sudah memulainya duluan. Hanya saja membayangkan sambel terasi bergelantungan di dalam kereta bikin saya pengen menggotong tahu goreng atau lalapan, untuk kemudian dicocol dalam sambel dan dinikmati sepanjang perjalanan. Cleguk... 

Ganteng Sih, Tapi....

Menurut saya, program wajib belajar dan pemberantasan tuna aksara alias buta huruf belum sepenuhnya berhasil di Indonesia. Yang dimaksud bukan di wilayah terpencil yang jauh dari"peradaban" bernama sekolah, sebab bahkan Anak Rimba di pedalaman Jambi pun sudah melek huruf dan bisa membaca. Melainkan, di sebuah tempat bernama peron stasiun yang seharusnya bebas (asap) rokok.

Gambar yang terekam di bawah ini adalah contoh betapa mas-mas ganteng ini sepertinya butuh les membaca lagi


Yang satu ini, saya temui di stasiun Citayam ketika hujan mengguyur. Mungkin si mas butuh kehangatan tapi nggak tau musti meluk siapa. Lucunya, yang menyuruh ngerokok justru ibunya lho. Meski awalnya si mas sempat ragu untuk membakar lintingan tembakau buat mengusir dingin. 



Saya yakin, masih banyak area bebas (asap) rokok yang belum steril di stasiun sepanjang Bogor-Jakarta dan sebaliknya.  Nggak tau kenapa, susah banget ya bagi para perokok ini untuk menahan diri atau usaha dikit jalan ke area merokok yang sudah disediakan. Kalau lagi beruntung sih, siap-siap aja ditegur manis oleh mas satpam stasiun.  Syukur-syukur kalau dapat "jackpot" berupa sapaan dari mas marinir yang akan dengan santainya bilang: "Bisa baca nggak?" sambil nunjuk-nunjuk marka Dilarang Merokok yang dipajang di pagar peron.

(foto diambil di stasiun Citayam)