Suatu malam, di stasun Pasar Minggu saya dikejutkan oleh antrian sepanjang lebih dari 10 meter di depan loket. Ada apa ini? Khawatir kejadian KRL mogok lagi. Ternyata kata mas satpam itu cuma antrian pembelian dan pengembalian THB (tiket harian berjamin yang dulunya bernama single trip). Fyuh... *lega*
Agak ribet memang, naik CommuterLine tanpa kartu langganan alias KMT (Kartu Multi Trip). Setiap malam, pemandangan di stasiun Citayam kurang lebih kayak gini nih ...
Selain buang waktu, resiko lain bepergian tanpa KMT adalah ribetnya prosedur pengembalian jaminan sebesar 5000 rupiah itu.
Saya sendiri, sejak rajin naik CommuterLine dan berlaku penerapan kartu berlangganan, lebih memilih yang terakhir. Dari jaman Commet yang non elektronik dan berlaku tarif flat (sekali beli bisa sepuasnya naik CommuterLine di semua jalur hehehehe) sampai sekarang sistem saldo. Buat saya, ada banyak keuntungan pake KMT.
KMT memungkinkan saya untuk mengubah tujuan, yang tadinya berencana turun di stasiun Sudirman misalnya, bisa aja pindah pikiran ke Gondangdia tanpa perlu khawatir kena denda. Paling-paling saldo dipotong, itu pun nggak seberapa jumlahnya. Percayalah, lebih murah ketimbang seporsi mi ayam hehehe...
Alasan utama ber-KMT tentu aja efisiensi waktu. Beberapa kali saya ketinggalan kereta gara-gara mustri antri beli tiket. Kalau memang pas lagi banyak orang sih gak masalah. Yang ngeselin, pernah ketinggalan gara-gara orang di depan saya diskusi dengan petugas penjualan tiket (yang memang tabah dan sabar melayani itu!). Pertama, bapak-bapak tua yang tanya-tanya soal beli tiket kereta luar kota. Dengan sukses saya pun ditinggal si CommuterLine tepat di saat menginjakkan kaki di peron T___T
Yang kedua lebih ngeselin lagi. Mbak-mbak di depan saya lamaaaaa banget tanya ina ini ina itu ke petugas loket. Kayaknya harga tiket kereta ke Panarukan kalau ada juga ditanyain ya. Selidik punya selidik ternyata si mbak modus buat berlama-lama ngobrol sama petugas loket yang ternyata cowok muda nan ganteng. Oalah mbak...