Beberapa waktu lalu saya sempat keranjingan melahap buku bacaan dalam perjalanan pergi dan pulang di CommuterLine. Dibanding moda transportasi darat lain, kereta listrik memang paling nyaman jadi tempat membaca karena minim guncangan dan lebih stabil. Pun bisa dilakukan meski sambil berdiri. Membaca di kereta juga membuat saya merasa kelihatan lebh berbudaya dan cerdas hahaha...
Nah, di Instagram ternyata ada akun yang khusus "menangkap" para pria dengan hobi membaca. Pas banget, dari foto-foto yang terkumpul kebanyakan menjadikan aktivitas ini sebagai pembunuh waktu di perjalanan dengan kereta. Cek aja akunnya @hotdudesreading dan temukan lelaki dengan ketampanan berlipat saat membolak-balik buku bacaan =))
Nah, kalau kamu pengguna CommuterLine yang lebih suka membaca buku analog ketimbang digital siap-siap ya jadi sasaran jepret kamera saya dan tampil di tagar #hotdudesreading
Atau kamu punya ide tagar lain?
Membaca Di Kereta
Posted by
e-no si nagacentil
on Friday, February 13
Labels:
#hotdudesreading,
Commuterline,
goodreads,
kereta,
KRL,
membaca
/
Comments: (0)
Ajari Anakmu Berbagi (Kursi)
Posted by
e-no si nagacentil
on Monday, December 29
Labels:
#gantianduduk #commuterline #kereta #KRL #gerbongwanita
/
Comments: (0)
Dua ribu empat belas udah mo abis dan blog ini belum update? Ckckck...
Saya mau cerita dikit tentang sebuah pelajaran manis dari seorang ibu yang pernah saya beri kursi di gerwani (gerbong khusus wanita, jangan salah sangka dulu deh plis ah!). Si ibu muda memboyong dua anaknya, satu balita banget dan satu lagi cowok dengan taksiran usia sekolah dasar. Itung sendiri deh berapa, saya nggak sempat tanya apalagi minta fotokopi akte kelahirannya.
Syahdan, setelah mendapatkan kursi lungsuran dari saya nggak lama kemudian sebelah si ibu kosong. Dengan mata berbinar si ibu menawarkan kursi tersebut buat saya. Tadinya sih saya mau memberikan kursi itu buat anak cowoknya yang masih usia SD itu, tapi si ibu menolak. Katanya lugas, "biar aja dia kan lelaki harus kuat dan belajar menghargai orang lain".
Maka sepanjang perjalanan si lelaki kecil pun berdiri.
Saya kemudian teringat pemandangan lumrah yang memancing pertanyaan: berapa usia maksimum "anak lelaki" yang boleh ikut ibunya di gerwani? Nggak sedikit bocah-bocah bongsor dengan ukuran tubuh lebih besar dari saya (ya ini sih sayanya aja yang kelewatan ceking!) menikmati kursi di ruang yang dikhususkan buat kaum Hawa itu sambil bergelendot manja di samping sang bunda. Padahal, saya yakin bocah-bocah bongsor itu masih kuat berdiri tegak sampai pemberhentian terakhir di ujung.
Atau mungkiin cara para bunda memanjakan anaknya ini yang bikin banyak anak muda jadi nggak empati untuk gantian duduk?
Entahlah...